Minggu, 02 Desember 2018

Kehancuran Bumi Dalam Agama Buddha


Sebelum kita memasuki pembahasan mengenai kehancuran dan pembentukkan kembali alam semesta, ada baiknya terlebih dahulu kita mengenal hal-hal yang berkaitan dengan alam semesta.

A.  Lima Kolāhala
Kolāhala artinya seruan verbal yang dimulai oleh beberapa orang yang mengatakan, “Ini akan terjadi.” Sebelum peristiwa sebenarnya terjadi, muncul di antara orang-orang yang berkumpul dan berbicara mengenai hal-hal yang akan terjadi dalam bahasa yang sama dan suara yang bulat.
Kolāhala tepatnya adalah seruan-seruan yang dilakukan dengan penuh kegembiraan oleh banyak orang sebagai suatu pertanda sebelum hal sebenarnya terjadi. Bukan berarti, seperti kegemparan yang terjadi di kota-kota atau di desa-desa yang meramalkan sesuatu yang tidak benar.
Ada lima jenis Kolāhala di dunia ini:
1) kappa-kolāhala
2) cakkavati-kolāhala
3) buddha-kolāhala
4) maṅgala-kolāhala
5) moneyya-kolāhala

1. Kappa-kolāhala
Kolāhala yang mengingatkan umat manusia akan hancurnya dunia disebut kappa-kolāhala. Ketika saat hancurnya dunia sudah mendekat, dewa bernama Lokavyūha dari alam kenikmatan indria (kamāvacara-dewa), dengan mengenakan pakaian merah, dan rambut tergerai, mengusap air matanya, menyusuri jalan-jalan yang digunakan oleh manusia dan berteriak dengan keras hingga terdengar oleh umat manusia di segala penjuru, seratus tahun sebelum peristiwa sebenarnya terjadi.
“Teman-teman, seratus tahun sejak hari ini, dunia akan hancur! Samudra raya akan mengering! Bumi, Gunung Meru, semuanya akan terbakar dan hancur (jika dunia akan hancur oleh api), akan terjadi banjir besar dan hancur (jika dunia hancur oleh air), akan tertiup oleh badai angin dan hancur (jika dunia hancur oleh angin), dunia akan hancur dimulai dari bumi dengan Gunung Meru dan samudra hingga Alam Brahmā! Teman-teman, kembangkan cinta kasih (mettā), kembangkan welas asih (karuṇā), kembangkan rasa bahagia atas kebahagiaan orang lain (muditā), kembangkan ketenangseimbangan (upekkhā) yang merupakan sifat Brahmā! Layani orangtuamu dengan penuh hormat! Berbuatlah kebajikan! Jangan gegabah!”Seruan ini yang dilakukan sambil menangis keras disebutkappa-kolāhala.

Kamis, 19 Oktober 2017

Alasan Bhikkhu Uttamo Memilih Agama Buddha

Senang sekali dapat berjumpa dengan Anda semua dalam kesempatan ini.
Dan memang kalo di ceritakan, dulu sih saya memang bukan Buddhis, sejak di dalam kandungan bukan Buddhis. Turunan saya, eh maksud saya atasan saya kalo turunan kan di bawah saya, saya ga ada bawahnya, isteri, anak. Tapi atasan saya maksud saya orang tua, kemudian saudara-saudara dari ayah, saudara-saudara dari ibu memang tidak ada yang  Buddhis. Sehingga ketika saya belajar agama Buddha, orang-orang juga heran dengan saya, kok bisa? Padahal lingkungannya juga bukan Buddhis.
Apa sebetulnya yang memotivasi seseorang belajar agama Buddha, khususnya saya?
Sebenarnya karena berdasarkan sebuah pertanyaan yang umum sekali yaitu kalo memang manusia ini ada yang mencipta, yang membuat, yang mengadakan, kenapa kok lain-lain?
Kenapa ada orang yang di buat, hidupnya bahagia sekali?
Kenapa ada orang yang di buat, sejak lahir terkondisi di tempat yang menderita sekali?
Kenapa ada orang yang di buat, sejak kecil pandai sampai tua?
Kenapa ada orang yang di buat, sejak kecil idoit terus, sampai tua pun tetap idiot?
Ini membuat sebuah pertanyaan buat saya.
Kemudian, saya mencoba mempelajari berbagai agama yang ada di masyarakat, jawabnya selalu rahasia, apapun pertanyaannya jawabnya selalu rahasia. Nah saya ini kurang suka rahasia. Kalo agama saja yang berisi tentang kebenaran saja di rahasiakan, apalagi yang berisi tentang kejahatan, pasti lebih rahasia lagi, ya kan?

Rabu, 27 Februari 2013

Warga Negara yang Baik menurut Agama Buddha


Warga Negara yang Baik menurut Agama Buddha
Oleh Ari Mariyono, S.Ag    
Komponen suatu negara merupakan bentuk bagian yang sangat majemuk yang mana terdiri dari berbagai jenis budaya, adat istiadat yang membentuknya. Dalam hal ini tidaklah terlepas dari Peran Sumber Daya Manusia yang menempati bagian negara tersebut, yaitu kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran bangsa itu dapat dikondisikan oleh Sumber Daya Manusia yang menempatinya. Peran warga negara untuk memajukan bangsa dan negara merupakan kewajiban sepenuhnya yang harus dipatuhi oleh semua penduduk sebuah negara tersebut.
Kewajiban Menjadi Warga Negara
Pada hakikatnya setiap warga negara memiliki kewajiban dalam pembelaan tanah air serta wajib menyampaikan pendapatnya untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara serta wajib mematuhi peraturan yang ada dalam negaranya. Hal ini diatur dalam undang-undang yang berlaku dalam kenegaraannya masing-masing. Di Indonesia hal tersebut diatur dalam UUD 1945 (Kansil, 2004: 50-54) yaitu terdapat dalam pasal-pasal dalam Undang Undang dasar yaitu:

Minggu, 20 Mei 2012

Apakah Agama Buddha Itu Kuno?




Oleh Y M Bhikkhu Uttamo Mahathera



Kalau kita melihat agama Buddha 'secara sepintas' maka kita akan dihadapkan pada satu anggapan bahwa agama Buddha adalah agama yang tidak menarik, agama yang kadang-kadang terlihat bersifat mistis dan sudah tidak cocok lagi dengan kehidupan modern seperti sekarang ini. Mengapa demikian? Coba kita perhatikan semua perlengkapan sembahyang yang ada di altar. Ada patung yang maha besar dan kita bernamaskara atau satu persujudan kepada patung tersebut sehingga orang lalu menyatakan bahwa agama Buddha adalah penyembah berhala. Kita juga akan menemukan dupa/hio dan bunga yang mirip seperti untuk sesajen. Kemudian ada lilin yang seolah-olah berkata bahwa agama Buddha belum percaya akan adanya listrik.

Tiga


Tiga atau Tri dalam bahasa Sansekerta tampaknya menyimpan misteri. Tiga tampaknya mempunyai arti atau makna khusus dalam Agama dan Spiritualitas di dunia.

Ada Tri Murti dalam Agama Hindu : Brahma, Wishnu, Shiwa.

Ada Trinitas dalam Agama Kristen : Allah Bapa, Putera, Roh Kudus.

Ada Tri Ratna dalam Agama Buddha : Buddha, Dharma dan Sangha.


Dan ketika saya bertanya pada teman saya - seorang Muslim - apakah ada yang signifikan dengan tiga ini - ia pun meng-iya-kan. Dalam tradisi Sufi juga dikenal tiga yang terdiri dari : Allah. Jibril. Muhammad. Ajaran Guru Nanak - yang lazim dikenal sebagai Agama Sikh - juga mengenal tiga. Guru - Guru , Sikh - Siswa dan Rabb - Allah.

Inti Ajaran Zen


1. Meditasi untuk Pencerahan
Seorang Guru Besar Zen - Hakuin - pernah pada suatu ketika ditanya :
' Sensei - bagaimanakah Buddhisme yang benar itu? '
Hakuin menjawab singkat : Mata Lurus, Hidung Tegak, Itulah Buddhisme yang Benar !

Pesan jelas dari jawaban yang sangat lugas ini adalah bahwa Buddhisme adalah Meditasi ! Pencarian Jalan di dalam diri untuk menemukan Pencerahan.
Meditasi dan Pencerahan. Dua hal inilah Tulang Punggung, Tonggak dari Ajaran Buddhisme Zen.

2. Pencarian di Dalam - melepas segala Konsep dan Kata
Meditasi sebagai tonggak dalam ajaran Zen menuntut Pencarian di Dalam, bukan di Luar. Meditasi Zen berarti menyatukan ' diri ' yang terbatas dengan ' Diri ' - diri yang tak terbatas, yang berada tidak jauh - dalam diri sendiri.

PERTEMUAN AJARAN BUDDHA DAN AJARAN TAO

Awal Ajaran Buddha Masuk ke Tiongok
Secara umum dikatakan bahwa agama Buddha datang ke Tiongkok pada tahun 65 masehi dimulai dengan kedatangan dua bhiksu dari Asia Tengah. Buddhisme menghadapi masyarakat yang sudah berbudaya tinggi dan memiliki filsafat sendiri. Buddhisme  mulai menyebar di Tiongkok selama dinasti Han dan berhasil mengokohkan diri dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat Tiongkok. Memang pernah terjadi dalam sejarah Tiongkok, beberapa kali kaisar tidak setuju dengan kedatangan agama Buddha yang di anggap baru.

Pada awal kedatangan agama Buddha  di Tiongkok beraliran Hinayana yaitu sekte Abhidharma-kosa dan sekte Satyasidhi, tetapi  tidak bertahan lama.kemudian barulah agama Buddha beraliran Mahayana yang masuk ke Tiongkok.

Ajaran Buddhisme pada masa awal tersebut tidak begitu menekankan konsep tanpa diri atau roh [anatman/anatta], tetapi dalam usahanya menyesuaikan kepercayaan yang berkembang saat itu mengenai roh yang kekal, maka ditekankan mengenai Nirvana yang merupakan suatu kondisi yang kekal. Selain itu diperkenalkan juga hukum karma sebagai suatu nilai moral dan cinta kasih dan perlunya pengendalian nafsu keinginan.

Sejarah Taoisme di Tiongkok
Pendiri Taoisme ialah seorang ahli pikir Tiongkok terkenal dengan nama “Lao Tse” (guru tua) yang diperkirakan lahir tahun 600 SM bertepatan dengaqn tahun ke 3 dari raja King Ting dari dinasti Kau. Ia menjabat Pengawas Urusan Arsip pada Perpustakaan Kerajaan (Imperial Library). Lao Tse dengan ketekunannya mempelajari buku-buku kuno dan kemudian membentuk pendapatnya sendiri tentang agama dan filsafat yang pada masa kemudian sangat menarik perhatian orang-orang yang mempelajarinya. Ketika berumur 90 tahun ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan sebagai pegawai arsip kerajaan untuk kemudian melakukan pengembaraan ke seluruh negara guna menghindari tindakan raja yang ia anggap dzalim dan kejam.