oleh: NN Sumber: Maitreyawira 2000
Feng shui merupakan unsur filsafat China tradisional yang dengan selaras menghubuangkan seseorang dengan lingkungannya. Ahli filsafat China membagi potensi kehidupan seseorang dalam lima aspek yang mempengaruhi kemungkinan keberhasilan kehidupan seseorang yaitu : takdir, keberuntungan, feng shui, amal dan upaya.
Bagaimana pandangan Buddhisme mengenai feng shui? Dalam pandangan agama Buddha, takdir dan keberuntungan merupakan buah dan akibat karma (perbuatan) seseorang. Karma masa lalu memang telah berlalu dan telah menjadi takdir dalam kehidupan seseorang. Untuk mengatur takdir hidup kita berikutnya, justru harus melalui amal dan upaya. Di sinilah perbedaan pandangan agama Buddha dan ahli feng shui. Ahli feng shui berpandangan bahwa jalan kehidupan kita dapat diselaraskan dengan feng shui buatan. Tapi dalam pandangan agama Buddha jalan kehidupan seseorang akan berubah secara alami jika buah karmanya telah matang, karena setiap orang akan mewarisi karmanya masing-masing. Seperti yang disabdakan Sang Buddha dalam Culakammavibhanga Sutta berikut :
"...Setiap makhluk adalah pemilik karmanya sendiri, pewaris karmanya sendiri, lahir dari karmanya sendiri, bersaudara dengan karmanya sendiri dan dilindungi oleh karmanya sendiri. Karma yang menentukan makhluk-makhluk, menjadikan mereka hina dan mulia."
Majjhima Nikaya
Jadi kehidupan seseorang ditentukan oleh perbuatannya, hina atau mulianya tidak bisa ditentukan dengan mengatur feng shui. Seseorang akan menerima akibatnya sesuai dengan apa yang telah dilakukannya. Perbaikan feng shui melalui ahlinya, hasilnya mungkin dapat dinikmati seketika, tapi tetap bersifat sementara dan tak lepas dari efek sampingnya. Perbaikan feng shui secara alami (dengan melakukan karma baik) memang lebih lambat, tapi hasilnya lebih mendasar dan tanpa efek samping.
Bagaimana pandangan Buddhisme mengenai feng shui? Dalam pandangan agama Buddha, takdir dan keberuntungan merupakan buah dan akibat karma (perbuatan) seseorang. Karma masa lalu memang telah berlalu dan telah menjadi takdir dalam kehidupan seseorang. Untuk mengatur takdir hidup kita berikutnya, justru harus melalui amal dan upaya. Di sinilah perbedaan pandangan agama Buddha dan ahli feng shui. Ahli feng shui berpandangan bahwa jalan kehidupan kita dapat diselaraskan dengan feng shui buatan. Tapi dalam pandangan agama Buddha jalan kehidupan seseorang akan berubah secara alami jika buah karmanya telah matang, karena setiap orang akan mewarisi karmanya masing-masing. Seperti yang disabdakan Sang Buddha dalam Culakammavibhanga Sutta berikut :
"...Setiap makhluk adalah pemilik karmanya sendiri, pewaris karmanya sendiri, lahir dari karmanya sendiri, bersaudara dengan karmanya sendiri dan dilindungi oleh karmanya sendiri. Karma yang menentukan makhluk-makhluk, menjadikan mereka hina dan mulia."
Majjhima Nikaya
Jadi kehidupan seseorang ditentukan oleh perbuatannya, hina atau mulianya tidak bisa ditentukan dengan mengatur feng shui. Seseorang akan menerima akibatnya sesuai dengan apa yang telah dilakukannya. Perbaikan feng shui melalui ahlinya, hasilnya mungkin dapat dinikmati seketika, tapi tetap bersifat sementara dan tak lepas dari efek sampingnya. Perbaikan feng shui secara alami (dengan melakukan karma baik) memang lebih lambat, tapi hasilnya lebih mendasar dan tanpa efek samping.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar