Minggu, 20 Mei 2012

SEBAB TERJADINYA KEMATIAN (MARANA)


Umumnya, lampu masih dapat menyala karena adanya faktor-faktor penyokongnya. Misalnya: minyak, udara dan sebagainya. Sebaliknya, lampu itu tidak dapat menyala karena faktor penyokongnya habis.
Kehidupan kita tidak jauh berbeda dengan lampu itu. Kehidupan masih berlangsung, karena harus bergantung dengan kondisi yang menyokongnya: misalnya bergantung pada kamma, pikiran (citta), musin (utu) dan makanan (ahara).jika salah satu dari empat kondisi (paccaya) ini padam, maka kehidupan ini pun pasti padam dengan segera. Sebab umur/usia dapat bertahan karena harus bergantung pada unsur panas, musim, kamma, vinnana dan makanan.

Karena itu kita harus mengerti sebab terjadinya ‘kematian’ untuk menandai pengertian, bahwa; setelah mati pergi ke mana. Sebab terjadinya ‘kematian’ dijelaskan ada empat sebab (kondisi), yaitu;
1        Ayukkhaya, mati karena habisnya umur.
2        Kammakkhaya, mati karena habisnya kamma.
3        Ubhayakkhaya, mati karena habis kamma dan umur.
4        Upacchedakammakkhaya, mati karena kamma datang memotong.
Sebab kematian yang pertama terjadi dikategorikan ayukkhaya. Kata ayu (umur) adalah bila waktu/saat dari kehidupan masih bertahan atau batas waktu berada (kehidupan), yang dalam Mula Pannasaka dan komentar Mula Pannasaka dibabarkan sebagai berikut, bahwa: “bergantung pada umur (ayu) atau bergantung pada jivitindriya terlihat/nampak”.
Juga dalam Manussa-Bhumi ini, waktu dari kehidupan masih bertahan disebut “ayukkhaya”, usia manusia sekarang ini, kira-kira 75 tahun. Setelah kehidupan kita sampai 75 tahun kemudian kita harus berpisah. Ini adalah pembabaran kehidupan pada umumnya, tetapi ada juga orang yang mempunyai usia 85 tahun mungkin lebih tetapi hanya sebagian kecil yang dapat bertahan seperti itu disebabkan kammanya masih menyokong.
Kammakkhaya adalah mati karena habisnya kamma. Kata ‘kamma’ di sini yang dimaksud bukan semua kamma, tetapi jika yang dimaksud adalah semua kamma hal ini tidak akan ada akhirnya, sebab ada beberapa jenis kamma (kamma ada 12 jenis). Misalnya, Aparapara-Vedaniya-Kamma, kamma yang memberikan akibat terus hingga akhirnya mencapai Nibbana, Anupadisesa Nibbana (ada 2 jenis Nibbana) maka kamma ini dapat berakhir.
Kata mati karena habisnya kamma, di sini yang dimaksud adalah ‘Janaka Kamma’ dan ‘Upthambhaka Kamma’ saja. Kata Janaka Kamma adalah kamma yang memimpin/membawa (agar) Nama-Rupa Patisandhi (dumadi), kemudian menerima asuhan dari Upathambhaka Kamma. Karena itu, kapan saja, bila kedua kamma ini habis pada waktu itu Nama-Rupa juga padam (mati).
Perihal kedua kamma ini banyak sekali hal-hal yang rumit. Mati karena habisnya kamma ini lebih dahulu kita harus mengerti perihal Janaka Kamma dan Upathambhaka Kamma. Kata Janaka Kamma dijelaskan bahwa ‘kamma mana pun yang mmembuat Vipaka Namakhandha dan timbulnya kammajarupa, maka kamma itu disebut ‘janaka kamma’. Artinya bahwa semua mahkluk yang mengembara dalam bermacam-macam alam kelahirannya itu disebabkan kekuatan dari janaka kamma ini, misalnya kelahiran menjadi binatang, mahkluk neraka, peta, asurakaya,manusia, deva dan brahma.
Kata Upathambhaka kamma dijelaskan bahwa ‘kamma (salah satu dari 12 kamma) manapun akan mengajak/membawa kamma lainnya untuk kelanjutan khandha (kelompok kehidupan) yang timbul dari kamma yang lalu, maka kamma itu disebut Upathambhaka kamma. Artinya bahwa jika janaka kamma membawa vipaka namakhandha dan kammajarupa agar patisandhi dalam berbagai alam kehidupan, kemudian Upathambhaka kamma membantu janaka kamma yang belum ada kesempatan untuk memberikan akibat dengan sempurna dalam membantu namarupa, vipaka atau akibat janaka kamma agar berkembang dan dapat bertambah lama.
Sebagian orang terlahir dengan penyakit ganas yang menyiksa yang tidak mungkin (sukar) disembuhkan, mengeluh, putus asa mengetakan (berfikir) ingin cepat mati, mungkin terbebas dari pendritaan. Tetapi masih belum dapat mati, karena penyakit ganas, itu yang tidak masuk akal ia bisa bertahan hidup, juga walaupun hanya hidup untuk beberapa tahun saja. Tetapi, ada juga sebagian orang terkena penyakit ganas yang menyiksa ini. mereka hanya dapat bertahan beberapa hari saja kemudian mati. Yang menjadikan semuanya ini, jika diselidiki ada alur ‘hukum kamma’ maka bisa terjadi karena adanya janaka kamma memberikan akibat terhadap mereka supaya terlahir dengan tidak sempurna, penyakit ganas yang menyiksa. Dengan kekuata akusala kamma pada kehidupan yang lampau, kemudian dapat membantu dari Upathambhaka kamma yang jahat (akusala), dan jika akusala janaka kamma dan kausala upathambhaka kamma mempunyai kekuatan lemah atau sedikit maka membuat mereka sedikit penderitaan dengan kematian yang datang segera, tidak perlu lama-lama menahan penderitaan. Jika kekuatan akusala janaka kamma dan akusala upathambhaka besar maka mereka harus menerima penderitaan yang lama, walaupun orang yang menerima akibat kamma itu ingin cepat mati.
Bagi orang yang terlair dengan kusala janaka-kamma dan mendapat asuhan dari kusala   upathambhakakammaa maka merekaa menerima kebahagian sempurna yang lama sehingga semua kusala kamma habis. Jika mereka mempunyai ssedikit kusalanya, merekepun memdapat kebahagian itu tidak lama, harus berpisah; misalnya mereka yang terlahir dalam keluarga bangsawan wan, tetapi umurnya pendek, dan sebaginya.
Apakah sebapnya harus menerima siksaan batin karena penyakit, kelumpuhan, ia berjalan tidak seperti orang pada umumnya. Padahal sejak lahir ia tidak begitu banyak berbuat jahat, malah sebaliknya ia mempunyai keyakinan (saddha) yang kuat dengan mempersembahkan material bangunan untuk membangun vihara; seperti kuti, sala, geudng uposatha, sekolah. Bahkan tanah miliknya sendiri sebagian didanakan untuk membangun rumah sakit. Tetapi penyakit yang dideritanya tidak juga sembuh, harus berbuat bagaimana lagi agar penyakit ini sembuh?
Jika penykit yang berasal dari kamma (sejak lahir) ini adalah sukar (tidak mungkin kalau sejak lair) untuk disembuhakan. Benar, dalam kelahiran yang sekarang ini ia tidak berbuat jahat, tetapi dalam kelahiranya yang lampau pernah juga banyak berbut kamma jahat. Tetapi semu kamma jaht itu tidak mempunyai kesempatan intuk memberikan akibatbdalam kehidupan yang lampaunya dan pada waktu patisandhi dalam lehidupan yang sekarang kamma-kamma jahat itu berakibat. Karena itu walupun demikian berusahalah untuk berbbuat baik. Jangan kecewa atau salah mengerti bahwa perbuatan baik itu tidak bermanfaat. Sebap jasa-jasa yang diperbuat dalam kelahiran yang sekarang kektanya masih belum banyak dibandingkan dengan perbuatan jahat (akusala) dalam kelahiran yang lampau; maka jasa-jasa yang diperbuat dalam kehidupan sekarang inni masih belum ada kesempatan untuk berbuah.
Semua persoalan ini bukan hanya satu, dua saja tetapi masih banyak lagi, jiak kita tidak mempelajari tentang “kamma” sampai mengerti, mungkin menjadi pandangan salah (micchaditthi).
Kata “ubhayakkhaya”, yaitu mati karena habis kedua-duanya, yaitu kamma dan usia yang artinya kamma telah selesai memberikan akibat dan usia pun habis dengan kamma, kemudian mati, namarupa yang sebagai hasil (buah) dari kamma padam dengan segera.
Kata “upacchedakkhammakkhaya”, yaitu mati karena kamma terpotong, yang artinya bahwa kamma yang datang memberikan akibat, tetapi masih belum habis; usiapun masih belum habis, kematian datang lebi awal, misalnya orang yang masih muda usianya, ia harus mati dengan salah satu sebap dari kecelakaan; seperti mati terbakar, mati karena pesawat jatuh atu mati karna tercebur ke air.
Keempat macam sebab ini yang membuat mereka harus mati dan setelah kematian akan pergi kemana, semua ini tergantung pada kamma yang muncul pada saat mendekati kematiannya. sebap jawaban yang kita berikan “pergi kemana” itu juga harus mengetahui sebapnya. Sebap namarupa yang akan muncul (lahir) dalam saat selanjutnya, nama rupa yang muncul harus selanjutnyapun tidak dapat muncul (lahir).
 Satu contoh misalnya kita bisa berada di daerah utara karena terlebih dahulu kita (namarupa) berpindah dari daerah tngah. Jika, “namarupa” masih berjalan (berada) di Bangkok, maka mungkin bisa ada (muncul) di Chiangmai.
Bagaimana juga “namarupa” akan “patisandhi” dalam alam yang baru, hal ini harus melalui perubahan (proses) dari alam kehidupan yang sekarang. Mudahnya, yitu harus mati terlebih dahulu baru dapat lahir kembali; dalam Abhidhammadigunakan kata “cuti” kemudian “patisandhi”.
Tetapi bukan “nama” dan “rupa”, keduanya ini yang lahir kembali dalam alam kehidupan yang akan datang, sebap batin dan jasmani (namrupa) dalam alam kehidupan yang sekarang ini  telah padam, singkatnya tidak kekal, dukkha dan anattha.
Umumnya, masih banyak orang yang beranggapan bahwa setelah kita mati akan terlahir kembali dalam alam yang baru dengan kondisi batin dan jasmani dalam alam  kehidupan yang sekarang ini. sebagian orang berpendapat seperti kepercayaan teradisional meninggal, jika tidak diperabuakan mereka tidak mempunyai kesempatan untuk lahir kembali. Maka kepercayaan seperti ini, bila jenazahnya telah diperabukan,  kemudian ia akan lahir kembali.
Kelahiran dalam alam kehidupan yang baru ini, bagaimana bisa terjadi, apa yang lahir; saudara akan mengetahui dalam bagian selanjutnya.(Edy.C).
Sumber: Anggutara Nikaya & sumber pendukung lainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar