Umumnya, lampu
masih dapat menyala karena adanya faktor-faktor penyokongnya. Misalnya: minyak,
udara dan sebagainya. Sebaliknya, lampu itu tidak dapat menyala karena faktor
penyokongnya habis.
Kehidupan kita
tidak jauh berbeda dengan lampu itu. Kehidupan masih berlangsung, karena harus
bergantung dengan kondisi yang menyokongnya: misalnya bergantung pada kamma,
pikiran (citta), musin (utu) dan makanan (ahara).jika salah satu dari empat
kondisi (paccaya) ini padam, maka kehidupan ini pun pasti padam dengan segera.
Sebab umur/usia dapat bertahan karena harus bergantung pada unsur panas, musim,
kamma, vinnana dan makanan.
Karena itu kita
harus mengerti sebab terjadinya ‘kematian’ untuk menandai pengertian, bahwa;
setelah mati pergi ke mana. Sebab terjadinya ‘kematian’ dijelaskan ada empat
sebab (kondisi), yaitu;
1
Ayukkhaya,
mati karena habisnya umur.
2
Kammakkhaya,
mati karena habisnya kamma.
3
Ubhayakkhaya,
mati karena habis kamma dan umur.
4
Upacchedakammakkhaya,
mati karena kamma datang memotong.
Sebab kematian yang
pertama terjadi dikategorikan ayukkhaya. Kata ayu (umur) adalah bila waktu/saat
dari kehidupan masih bertahan atau batas waktu berada (kehidupan), yang dalam Mula Pannasaka dan komentar Mula Pannasaka dibabarkan sebagai berikut,
bahwa: “bergantung pada umur (ayu) atau bergantung pada jivitindriya
terlihat/nampak”.
Juga dalam
Manussa-Bhumi ini, waktu dari kehidupan masih bertahan disebut “ayukkhaya”,
usia manusia sekarang ini, kira-kira 75 tahun. Setelah kehidupan kita sampai 75
tahun kemudian kita harus berpisah. Ini adalah pembabaran kehidupan pada
umumnya, tetapi ada juga orang yang mempunyai usia 85 tahun mungkin lebih
tetapi hanya sebagian kecil yang dapat bertahan seperti itu disebabkan kammanya masih menyokong.
Kammakkhaya adalah
mati karena habisnya kamma. Kata ‘kamma’ di sini yang dimaksud bukan semua
kamma, tetapi jika yang dimaksud adalah semua kamma hal ini tidak akan ada
akhirnya, sebab ada beberapa jenis kamma (kamma ada 12 jenis). Misalnya,
Aparapara-Vedaniya-Kamma, kamma yang memberikan akibat terus hingga akhirnya
mencapai Nibbana, Anupadisesa Nibbana (ada 2 jenis Nibbana) maka kamma ini
dapat berakhir.
Kata mati karena
habisnya kamma, di sini yang dimaksud adalah ‘Janaka Kamma’ dan ‘Upthambhaka
Kamma’ saja. Kata Janaka Kamma adalah kamma yang memimpin/membawa (agar)
Nama-Rupa Patisandhi (dumadi), kemudian menerima asuhan dari Upathambhaka Kamma. Karena itu, kapan saja,
bila kedua kamma ini habis pada waktu itu Nama-Rupa juga padam (mati).
Perihal kedua kamma
ini banyak sekali hal-hal yang rumit. Mati karena habisnya kamma ini lebih
dahulu kita harus mengerti perihal Janaka Kamma dan Upathambhaka Kamma. Kata
Janaka Kamma dijelaskan bahwa ‘kamma mana pun yang mmembuat Vipaka Namakhandha
dan timbulnya kammajarupa, maka kamma itu disebut ‘janaka kamma’. Artinya bahwa
semua mahkluk yang mengembara dalam bermacam-macam alam kelahirannya itu
disebabkan kekuatan dari janaka kamma ini, misalnya kelahiran menjadi binatang,
mahkluk neraka, peta, asurakaya,manusia, deva dan brahma.
Kata Upathambhaka
kamma dijelaskan bahwa ‘kamma (salah satu dari 12 kamma) manapun akan
mengajak/membawa kamma lainnya untuk kelanjutan khandha (kelompok kehidupan)
yang timbul dari kamma yang lalu, maka kamma itu disebut Upathambhaka kamma.
Artinya bahwa jika janaka kamma membawa vipaka namakhandha dan kammajarupa agar
patisandhi dalam berbagai alam kehidupan, kemudian Upathambhaka kamma membantu
janaka kamma yang belum ada kesempatan untuk memberikan akibat dengan sempurna
dalam membantu namarupa, vipaka atau akibat janaka kamma agar berkembang dan
dapat bertambah lama.
Sebagian orang
terlahir dengan penyakit ganas yang menyiksa yang tidak mungkin (sukar)
disembuhkan, mengeluh, putus asa mengetakan (berfikir) ingin cepat mati,
mungkin terbebas dari pendritaan. Tetapi masih belum dapat mati, karena
penyakit ganas, itu yang tidak masuk akal ia bisa bertahan hidup, juga walaupun
hanya hidup untuk beberapa tahun saja. Tetapi, ada juga sebagian orang terkena
penyakit ganas yang menyiksa ini. mereka hanya dapat bertahan beberapa hari
saja kemudian mati. Yang menjadikan semuanya ini, jika diselidiki ada alur
‘hukum kamma’ maka bisa terjadi karena adanya janaka kamma memberikan akibat
terhadap mereka supaya terlahir dengan tidak sempurna, penyakit ganas yang
menyiksa. Dengan kekuata akusala kamma pada kehidupan yang lampau, kemudian
dapat membantu dari Upathambhaka kamma yang jahat (akusala), dan jika akusala
janaka kamma dan kausala upathambhaka kamma mempunyai kekuatan lemah atau
sedikit maka membuat mereka sedikit penderitaan dengan kematian yang datang
segera, tidak perlu lama-lama menahan penderitaan. Jika kekuatan akusala janaka
kamma dan akusala upathambhaka besar maka mereka harus menerima penderitaan
yang lama, walaupun orang yang menerima akibat kamma itu ingin cepat mati.
Bagi orang yang
terlair dengan kusala janaka-kamma dan mendapat asuhan dari kusala upathambhakakammaa maka merekaa menerima
kebahagian sempurna yang lama sehingga semua kusala kamma habis. Jika mereka
mempunyai ssedikit kusalanya, merekepun memdapat kebahagian itu tidak lama,
harus berpisah; misalnya mereka yang terlahir dalam keluarga bangsawan wan,
tetapi umurnya pendek, dan sebaginya.
Apakah sebapnya
harus menerima siksaan batin karena penyakit, kelumpuhan, ia berjalan tidak seperti
orang pada umumnya. Padahal sejak lahir ia tidak begitu banyak berbuat jahat,
malah sebaliknya ia mempunyai keyakinan (saddha) yang kuat dengan
mempersembahkan material bangunan untuk membangun vihara; seperti kuti, sala,
geudng uposatha, sekolah. Bahkan tanah miliknya sendiri sebagian didanakan
untuk membangun rumah sakit. Tetapi penyakit yang dideritanya tidak juga
sembuh, harus berbuat bagaimana lagi agar penyakit ini sembuh?
Jika penykit yang
berasal dari kamma (sejak lahir) ini adalah sukar (tidak mungkin kalau sejak
lair) untuk disembuhakan. Benar, dalam kelahiran yang sekarang ini ia tidak
berbuat jahat, tetapi dalam kelahiranya yang lampau pernah juga banyak berbut
kamma jahat. Tetapi semu kamma jaht itu tidak mempunyai kesempatan intuk memberikan
akibatbdalam kehidupan yang lampaunya dan pada waktu patisandhi dalam lehidupan
yang sekarang kamma-kamma jahat itu berakibat. Karena itu walupun demikian
berusahalah untuk berbbuat baik. Jangan kecewa atau salah mengerti bahwa
perbuatan baik itu tidak bermanfaat. Sebap jasa-jasa yang diperbuat dalam
kelahiran yang sekarang kektanya masih belum banyak dibandingkan dengan
perbuatan jahat (akusala) dalam kelahiran yang lampau; maka jasa-jasa yang
diperbuat dalam kehidupan sekarang inni masih belum ada kesempatan untuk
berbuah.
Semua persoalan ini
bukan hanya satu, dua saja tetapi masih banyak lagi, jiak kita tidak
mempelajari tentang “kamma” sampai mengerti, mungkin menjadi pandangan salah
(micchaditthi).
Kata
“ubhayakkhaya”, yaitu mati karena habis kedua-duanya, yaitu kamma dan usia yang
artinya kamma telah selesai memberikan akibat dan usia pun habis dengan kamma,
kemudian mati, namarupa yang sebagai hasil (buah) dari kamma padam dengan
segera.
Kata
“upacchedakkhammakkhaya”, yaitu mati karena kamma terpotong, yang artinya bahwa
kamma yang datang memberikan akibat, tetapi masih belum habis; usiapun masih
belum habis, kematian datang lebi awal, misalnya orang yang masih muda usianya,
ia harus mati dengan salah satu sebap dari kecelakaan; seperti mati terbakar,
mati karena pesawat jatuh atu mati karna tercebur ke
air.
Keempat macam sebab ini yang membuat mereka harus mati dan setelah kematian
akan pergi kemana, semua ini tergantung pada kamma yang muncul pada saat
mendekati kematiannya. sebap jawaban yang kita berikan “pergi kemana” itu juga
harus mengetahui sebapnya. Sebap namarupa yang akan muncul (lahir) dalam saat
selanjutnya, nama rupa yang muncul harus selanjutnyapun tidak dapat muncul
(lahir).
Satu contoh misalnya kita bisa berada di
daerah utara karena terlebih dahulu kita (namarupa) berpindah dari daerah
tngah. Jika, “namarupa” masih berjalan (berada) di Bangkok, maka mungkin bisa ada (muncul) di Chiangmai.
Bagaimana juga
“namarupa” akan “patisandhi” dalam alam yang baru, hal ini harus melalui
perubahan (proses) dari alam kehidupan yang sekarang. Mudahnya, yitu harus mati
terlebih dahulu baru dapat lahir kembali; dalam Abhidhammadigunakan kata “cuti”
kemudian “patisandhi”.
Tetapi bukan “nama”
dan “rupa”, keduanya ini yang lahir kembali dalam alam kehidupan yang akan
datang, sebap batin dan jasmani (namrupa) dalam alam kehidupan yang sekarang
ini telah padam, singkatnya tidak kekal,
dukkha dan anattha.
Umumnya, masih
banyak orang yang beranggapan bahwa setelah kita mati akan terlahir kembali
dalam alam yang baru dengan kondisi batin dan jasmani dalam alam kehidupan yang sekarang ini. sebagian orang
berpendapat seperti kepercayaan teradisional meninggal, jika tidak diperabuakan
mereka tidak mempunyai kesempatan untuk lahir kembali. Maka kepercayaan seperti
ini, bila jenazahnya telah diperabukan,
kemudian ia akan lahir kembali.
Kelahiran dalam
alam kehidupan yang baru ini, bagaimana bisa terjadi, apa yang lahir; saudara
akan mengetahui dalam bagian selanjutnya. (Edy.C).
Sumber: Anggutara Nikaya & sumber pendukung lainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar